Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 07 Desember 2016

Japan's Basic Education for Children




 

LET'S LEARN FROM JAPAN:
Read this beautiful Information about Japan

1 - Did you know that Japanese children clean their schools every day for a quarter of an hour with teachers, which led to the emergence of a Japanese generation who is modest and keen on cleanliness.

2 - Did you know that any Japanese citizen who has a dog must carry bag and special bags to pick up dog droppings. Hygiene and their eagerness to address cleanliness is part of Japanese ethics.

3 - Did you know that hygiene worker in Japan is called "health engineer" and can command salary of USD 5000 to 8000 per month, and a cleaner is subjected to written and oral tests!!

4 - Did you know that Japan does not have any natural resources, and they are exposed to hundreds of earthquakes a year but do not prevent her from becoming the second largest economy in the world? -

5 - Did you know that Hiroshima returned to what it was economically vibrant before the fall of the atomic bomb in just ten years?

6 - Did you know that Japan prevents the use of mobile in trains, restaurants and indoor

7 - Did you know that in Japan students from the first to sixth primary year must learn ethics in dealing with people -

8 - Did you know that the Japanese even though one of the richest people in the world but they do not have servants. The parents are responsible for the house and children -

9 - Did you know that there is no examination from the first to the third primary level; because the goal of education is to instill concepts and character building, not just examination and indoctrination. -

10 - Did you know that if you go to a buffet restaurant in Japan you will notice people only eat as much as they need without any waste. No wasteful food.

11 - Did you know that the rate of delayed trains in Japan is about 7 seconds per year!! They appreciate the value of time, very punctual to minutes and seconds

12 -. Did you know that children in schools brush their teeth (sterile) and clean their teeth after a meal at school; They maintain their health from an early age -

13 - Did you know that students take half an hour to finish their meals to ensure right digestion When asked about this concern, they said: These students are the future of Japan


From many source

Selasa, 23 Agustus 2016

KONSEP EKSISTENSIALISME SØREN KIERKEGAARD

Oleh: Blasius B. Baene


I. Pendahuluan
Bangkitnya idealisme Jerman merupakan suatu hantaman terhadap individu, karena para filsuf idealisme hanya menggeluti persoalan-persoalan yang bersifat “universal.” Artinya, para filsuf idealisme membangun satu sistem epistemologi yang berorientasi pada rasio murni. Rasio murni bukanlah produk dari intelektual individu melainkan dasar dari embrio seluruh realitas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa para filsuf idealisme melihat segala realitas dalam perspektif universal dan abstrak.
Bertitik tolak dari realitas yang demikian, Søren Kierkegaard[1] membangun satu sistem filsafat yang tidak menggumuli persoalan-persoalan universal dan abstrak, melainkan persoalan-persoalan konkrit sekaligus menyentuh wilayah individu. Sebab, menurut Kierkegaard, persoalan-persoalan praktis sehari-hari itulah yang konkrit dan menjadi persolan eksistensial manusia.[2] Bagi Kierkgaard, yang konkrit itulah yang menjadi titik tolak permenungan baru tentang makna keberadaan manusia.[3] Atas dasar inilah Kierkegaard mencetuskan konsep tentang eksistensialisme. Bagaimana Kierkegaard memahami manusia sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit akan penulis bahas dalam paper ini.
II. Latar Belakang Pemikiran Søren Kierkegaard
Cetusan eksistensialisme yang digaungkan oleh Kierkegaard bertitik tolak dari bangunan filsafat idealisme Jerman. Eksistensialisme merupakan suatu gugatan terhadap filsafat idealisme yang cenderung mempersoalkan realitas secara universal dan mengabaikan eksistensi individu. Secara khusus epistemologi Kirkegaard merupakan suatu usaha untuk mendobrak “abstraksionisme” Hegel yang memutlakan Idea abstrak atau Roh sebagai kenyataan.[4] Kierkegaard melihat bahwa ide “abstraksionisme” Hegel merupakan suatu pereduksian terhadap manusia konkrit atau individu bahkan kesadaran manusia konkrit hanyalah sebuah dialektika dalam roh.[5] Oleh karena itu, Kierkegaard melihat Hegelianisme sebagai ancaman besar terhadap individu, karena individu dilihat tidak lebih dari sekadar titik atau percikan dalam sejarah.[6] Dengan kata lain, Hegel mereduksi personalitas atau eksistensi manusia yang konkrit ke dalam realitas yang abstrak. Padahal, menurut Kierkegaard manusia tidak pernah hidup sebagai “Aku umum” tetapi sebagai “aku individual” dan tidak diasalkan kepada yang lain. Hanya manusia yang bereksistensi. Bereksistensi berarti bertindak sesuai dengan pilihan saya sebagai individu yang bereksistensi.[7] Eksistensi manusia bukanlah suatu “ada” yang statis, melainkan suatu “menjadi” yang di dalamnya terkandung suatu perpindahan yaitu dari “kemungkinan” ke “kenyataan.” Oleh karena itu, Kierkegaard membedakan tiga tahap kehidupan eksistensial, yaitu tahap estetis, tahap etis dan tahap religius.
2.1. Konsep Eksistensi Menurut Søren Kierkegaard
Cetusan “eksistensi” yang dipondasikan oleh Kierkegaard bertitik tolak dari gagasannya tentang manusia sebagai individu atau persona yang bereksistensi dan konkrit. Ia melihat bahwa hal yang paling mendasar bagi manusia adalah keadaan dirinya atau eksistensi dirinya.[8] Menurut Kierkegaard, eksistensi hanya dapat diterapkan kepada manusia sebagai individu yang konkrit, karena hanya aku individu yang konkrit ini yang bereksistensi, yang sungguh-sungguh ada dan hadir dalam realitas yang sesungguhnya. Oleh karena itu, aku yang konkrit ini tidak dapat direduksi kepada realitas-realitas lain, sebab jika aku yang konkrit ini direduksi ke dalam realitas-realitas yang lain itu, maka realitas diriku yang sesungguhnya sebagai individu yang bereksistensi tercampur dengan realitas-realitas itu. Dengan demikian, aku individu yang konkrit ini tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan dan mewujudkan diriku sebagaimana adanya karena aku tergantung kepada realitas-realitas itu. Ketergantunganku kepada realitas-realitas itu membuat aku tidak bisa untuk merealisasikan diriku sebagaimana aku kehendaki. Padahal menurut Kierkegaard, eksistensi manusia justru terjadi dalam kebebasannya.[9]
Menurut Kierkegaard, bereksistensi bukan berarti hidup dalam pola-pola abstrak dan mekanis, tetapi terus menerus mengadakan pilihan-pilihan baru secara personal dan subjektif.[10] Dengan kata lain, eksistensi manusia merupakan suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan yang harus dilakukan oleh setiap orang bagi dirinya sendiri. Pilihan bukanlah soal konseptual melainkan soal komitmen total seluruh pribadi individu. Berangkat dari kebebesan sebagai corak bereksistensi, Kierkegaard dengan demikian tidak menempatkan individu ke dalam realitas yang abstrak tetapi individu dilihat sebagai satu pribadi yang sungguh-sungguh hadir dan konkrit. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan, hanya aku yang konkrit ini yang dapat mengambil keputusan atas diriku sendiri dan bukan orang lain. Orang lain tidak berhak untuk menentukan pilihanku dalam mengambil suatu keputusan atas apa yang aku lakukan. Oleh karena itu, menurut Kierkegaard, barangsiapa yang tidak berani mengambil keputusan, maka ia tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Hanya orang yang berani mengambil keputusanlah yang dapat bereksistensi karena dengan mengambil keputusan atas pilihannya sendiri, maka dia akan menentukan kemana arah hidupnya.[11]
2.2. Dialektika Eksistensial Søren Kierkegaard
Dialektika eksistensial yang dilontarkan oleh Kierkegaard berangkat dari gugatannya terhadap pemahaman Hegel tentang dialektika itu sendiri. Sebelum masuk kepada gagasan Kierkegaard tentang dialektika eksistensial, penulis menguraikan terlebih dahulu bagaimana pandangan Hegel tentang dialektika.
Salah satu metode yang digunakan oleh Hegel dalam menguraikan filsafatnya adalah metode “dialektika.” Hegel menggunakan metode dialektika bukan hanya sekadar untuk menguraikan filsafatnya, tetapi dengan menggunakan metode ini, Hegel mau mencetuskan bahwa kenyataan atau realitas merupakan suatu proses dialektis. Proses dialektis dalam pemikiran Hegel merupakan produk dari realitas pengalaman hidup sehari-hari melalui dialog dengan orang lain. Proses dialektis yang dipahami oleh Hegel dapat kita lihat dari argumen yang dilontarkan oleh Hegel. Misalnya: apabila dalam sebuah dialog/percakapan terdapat sebuah pendapat dan pendapat itu ditentang oleh pendapat lain, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Menurut Hegel, apabila ada oposisi semacam ini, kita berusaha untuk mendamaikan keduanya dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Tahap ini menurut Hegel disebut sebagai proses dialektis, yaitu tahap tesis, sintesis dan antitesis.[12]
Tesis Hegel tentang dialektika ditentang oleh Kierkegaard dengan asumsi bahwa tegangan-tegangan kunci dalam eksistensi manusia tidak dapat didamaikan melalui pemikiran proses rasionalisasi dan dialektis.[13] Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa apabila Hegel memahami Roh Mutlak sebagai proses dialektis, maka Kierkegaard memahaminya sebagai suatu perkembangan kehidupan eksistensial individu. Selain tidak setuju dengan dialektika Hegel, Kierkegaard juga tidak menerima pemikiran Hegel yang cenderung berpikir baik... ataupun... . Menururt Kierkegaard, peralihan dari satu tahap ke tahap lain tidak dilakukan dengan pemikiran melainkan dengan keputusan kehendak atau pilihan bahkan dengan suatu lompatan. Oleh karena itu, Kierkegaard melukiskan kehidupan eksistensial manusia dalam tiga tahap, yaitu tahap estetis, tahap etis dan tahap religius.

2.2.1. Tahap Estetis
Terminologi estetis berasal dari kata Yunani, yang berarti mengindrai, mencecap. Menurut Kierkegaard, pada tahap ini, individu diombang-ambingkan oleh dorongan-dorongan indrawi dan emosi-emosinya. Akibatnya, individu yang berada dalam tahap ini tidak mencapai suatu kesatuan batiniah yang terungkap dalam satu pendirian dan kematangan pribadi. Dengan kata lain, individu masih dihadapkan pada realitas-realitas perasaan yang menyenangkan tanpa memperhitungkan apakah perasaan itu baik atau tidak. Pada tahap ini, individu memiliki keinginan yang besar untuk menikmati seluruh pengalaman emosi dan nafsu. Oleh karena itu, menurut Kierkegaard tidak ada ukuran-ukuran moral yang umum atau keyakinan iman yang ditetapkan untuk membatasi ruang gerak individu. Maka salah satu persoalan yang ditakuti oleh individu pada tahap ini adalah rasa tidak enak dan kebosanan.
Kendatipun tahap ini merupakan tahap rendah dalam eksistensi manusia, namun tahap ini tetap disebut sebagai tahap eksistensial, karena pada tahap ini setiap individu memiliki pilihan bebas atas situasi-situasi yang dia hadapi. Bagaimana memahami pilihan ini, Kierkegaard menampilkan tiga pahlawan estetis dari kebudayaan Barat, yaitu Don Juan seorang tokoh dalam opera Mozart, Faust seorang tokoh ciptaan Goethe, dan Ahasuerus seorang Yahudi yang dalam pengembaraannya tidak percaya kepada Allah maupun manusia. Menurut Kierkegaard, ketiga tokoh ini merupakan perwakilan dari rasa kebosanan dan keputusasaan. Misalnya: Don Juan memiliki rasa kebosanan keputusasaan karena apa yang dia menikmati terus menerus terulang. Demikian pula dengan Faust yang menghadapai berbagai tantangan merasa ragu apakah dia mampu untuk menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Sedangkan Ahasueres menurut Kierkegaard merupakan personifikasi dari keputuasasaan karena ia memiliki realitas hidup yang tidak jelas.
Dari ketiga contoh di atas, Kierkegaard melihat bahwa keputusan merupakan tahap akhir dari sebuah pilihan eksistensi manusia. Artinya, ketika orang berada dalam situasi kebosanan dan keputusasaan, maka orang itu memiliki kebebasan untuk berpindah kepada eksistensi yang baru. Tahap ini disebut sebagai tahap etis.

2.2.2. Tahap Etis
Tahap etis merupakan suatu tahap di mana individu membuat suatu pilihan bebas atau sebuah “lompatan eksistensial.” Lompatan eksistensial mengandaikan bahwa individu mulai secara sadar memperhitungkan atau memilah-milah dan menggunakan kategori yang baik dan yang jahat dalam bertindak. Kierkgaard melukiskan peralihan dari eksistensi estetis ke eksistensi etis seperti orang yang meninggalkan kepuasan nafsu-nafsu seksualnya yang bersifat sementara dan masuk ke dalam status perkawinan dengan menerima segala kewajibannya.[14] Pada tahap ini individu dapat menguasai dan mengenali dirinya. Pengenalan dan penguasaaan diri menghantar individu untuk menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan ukuran-ukuran moral yang bersifat universal. Dengan demikian, kehidupan seorang individu pada tahap ini ditandai oleh pilihan-pilihan konkrit berdasarkan pertimbangan rasio.
Tetapi menurut Kierkegaard, kendatipun manusia telah berusaha untuk mencapai asas-asas moral universal, namun, manusia etis masih terkungkung dalam dirinya sendiri, karena dia masih bersikap imanen, artinya mengandalkan kekuatan rasionya belaka.[15] Pada tahap ini, manusia menyadari keadaannya yang tragis. Kierkegaard menampilkan Sokrates sebagai “pahlawan tragis.” Menurut Kierkegaard, kendatipun Sokrates mengakui kelemahan-kelemahan manusia, tetapi dia tidak memahami dosa karena kelemahan-kelemahan manusia dapat diatasi dengan kehendak atau dengan ide-ide belaka. Sokrates menyangkal dirinya demi asas-asas moral universal. Oleh karena itu, individu pada tahap ini tidak memahami bahwa dasar-dasar eksistensinya terbatas. Ia juga tidak menjumpai Paradoks Absolut kecuali kalau dia memiliki realitas kehidupan yang mendalam sehingga dia ditantang untuk melompat ke eksistensi yang baru, yaitu tahap religius.
2.2.3. Tahap Religius
Tahap religius merupakan tahap tertinggi dari eksistensial manusia. Dikatakan demikian karena tahap ini tidak lagi menggeluti hal-hal yang konkrit melainkan langsung menembus inti yang paling dalam dari manusia,[16] yaitu pengakuan individu akan Allah sebagai realitas Yang Absolut dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan dari Allah. Pada tahap ini, manusia religius membiarkan diri terkena oleh mata petir rahmat Tuhan dan dengan iman kepercayaan yang besar ia mempertaruhkan seluruh kehidupannya demi Allah. Ia mempertaruhkan seluruh jiwa raganya demi mengikuti jejak Kristus.[17] Tetapi, Kierkegaard melihat bahwa iman kepercayaan Kristiani itu bersifat paradoks kendatipun hidup sebagai kristen merupakan cara yang paling tinggi bagi manusia.
Pada poin ini, Kierkegaard menampilkan Abraham[18] sebagai tokoh orang beriman sejati kepada Allah. Menurut Kierkegaard, ketika Abraham mengorbankan putranya Ishak, pada saat itu dia berhadapan dengan realitas paradoks, yaitu di satu pihak dia menyadari keterbatasannya sebagai manusia tetapi melalui keterbatasan itu Abraham membangun satu relasi intim dengan Yang Absolut. Pada tataran inilah Abraham benar-benar meninggalkan tahap etis dan melompat kepada tahap religius, yaitu langsung berhadapan dengan Yang Absolut, dengan Allah yang berpribadi, yang perintah-perintah-Nya bersifat mutlak dan tidak dapat diukur dengan akal manusia.[19]
III. Tinjauan Kritis Atas Konsep Eksistensialisme Søren Kierkegaard
Eksistensialisme yang dicetuskan oleh Kierkegaard merupakan suatu aliran filsafat yang hendak memperjuangkan manusia sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Eksistensialisme berasal dari kata “eks” yang berarti keluar dan “sistensi” dari kata “eksistere” yang berarti tampil, menempatkan diri, berdiri, ialah cara manusia berada di dunia ini.[20] Dari pengertian ini dapat kita pahami bahwa eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang menggeluti persoalan-persoalan yang berkaitan dengan eksistensi terutama eksistensi manusia. Manusia dilihat bukan dari esensinya melainkan eksistensinya. Oleh karena itu, kaum eksistensialis khususnya Kierkegaard melihat manusia sebagai individu yang bereksistensi tidak dapat direduksi ke dalam realitas-realitas lain, karena eksistensi bukanlah suatu persona yang universal melainkan individual.
Konsep eksistensialisme yang dicetuskan oleh Kiekregaard menurut penulis mengakibatkan dua hal, yaitu positif dan negatif. Secara positif, Kierkegaard membangun satu sistem filsafat yang menempatkan manusia sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Oleh karena itu, manusia tidak pernah dapat direduksi ke dalam realitas-realitas universal dan abstrak, karena apabila manusia direduksi ke dalam realitas-realitas abstrak dan universal, maka manusia tidak pernah memiliki kebebasan untuk merealisir atau mewujudkan dirinya sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Hal ini disebabkan oleh karena manusia tergantung kepada realitas-realitas itu sendiri. Dengan kata lain, realitas-realitas itu memiliki hukum-hukumnya sendiri dan ketika hukum-hukum itu diterapkan kepada individu yang bereksistensi, maka individu itu mau tidak mau harus mengikuti hukum-hukum itu. Ia tidak pernah merealisir diri sebagaimana adanya. Dengan demikian, Kierkgaard menyadarkan kita bahwa kita adalah individu yang eksis, pribadi-peribadi yang sadar bukan sekadar sebagai bagian dari suatu kerumunan, angka-angka dalam suatu kelompok atau benda-benda dalam suatu kumpulan melainkan sebagai pribadi yang bereksistensi.[21]
Sebagai dampak negatif, Kierkegaard tidak memperhatikan realitas bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk relasional. Sebagai makhluk relasional, manusia tidak bisa lepas dari realitas sosial bahwa manusia hidup dalam relasi dengan orang lain. Manusia tidak pernah hidup dalam kesendirian. Manusia selalu membutuhkan dan membangun relasi dengan orang lain. Oleh karena itu, menurut penulis manusia tidak cukup hanya bereksitensi untuk dirinya sendiri tetapi manusia bereksistensi untuk dirinya sendiri tanpa mengabaikan orang lain sebagai bagian dari kehadirannya sebagai individu. Dengan kata lain, Kierkegaard kurang menghargai hidup bersama dengan orang lain.

IV. Relevansi
Bertitik tolak dari ketiga tahap eksistensial manusia, penulis melihat bahwa apa yang digagas oleh Kierkegaard masih sangat relevan untuk zaman sekarang terutama bagaimana manusia sebagai individu secara bebas menentukan pilihannya dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam mengambil keputusan, manusia sebagai individu tidak pernah bergantung kepada dorang lain. Orang lain tidak berhak atas setiap keputusan individu untuk dirinya sendiri, tetapi individu tidak bisa mengabaikan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.

Blasius B. Baene adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang
DAFTAR PUSTAKA
Barret, William, Irrational Man, A Study in Existential Philosophy, Heinemann: London
------------------ Melbourne Toronto, 1961.

Budi Hardiman, F., Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai Nietzsche, Jakarta:
----------------- Gramedia, 2007.

Dagun, Save M., Filsafat Eksistensialisme, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 1980.

-----------------------, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1975.

Hammersma, Harry, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta: Gramedia, 1984.

Martin, Vincent, O.P., Filsafat Esksistensialisme (Kierkegaard, Sartre, Camus),
----------------- Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Ryadi,Agustinus, Filsafat Barat Modern (Diktat kuliah), Malang: STFT Widya Sasana
------------------ Malang, 2007.

Setiaardja, A. Gunawan, Dialektika Hukum dan Moral Dalam Pembangunan
-------------------, Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Swenson, David F. dan Walter Lowrie, (terj)., Søren Kierkegaard: Concluding
--------------------, Unscientific Postscript, Princeton: Princeton University Press, 1974.

Van der Weij, P.A., Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia, Jakarta: Gramedia, 1988.


[1] F. Budi Hardiman, Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia, 2007, hal. 244-246. Søren Kierkegaard lahir pada tahun 1813 di kota Kopenhagen, Denmark. Ia lahir sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Kierkegaard mewariskan sifat melankolik dan religius dari ayahnya. Pada tahun 1830, ia belajar di fakultas teologi Universitas Copenhagen untuk menyenangkan ayahnya karena Kierkegaard sendiri tidak berminat dalam bidang teologi. Selain belajar teologi, ia juga belajar filsafat dan kesusasteraan. Setelah belajar teologi, Kierkegard mulai melancarkan kritik terhadap agama Kristen di Denmark yang kemudian menghantar dia kepada sikap tidak percaya bahkan ia kehilangan kepercayaan pada patokan-patokan moral. Setelah ayahnya meninggal, Kierkegaard mengalami suatu pertobatan religius dan sempat bertunangan dengan Regina Olsen, tetapi dia memutuskan pertunangan itu dan memilih untuk hidup dalam kesendirian. Pada tahun 1855, Kierkgaard meninggal dunia. Beberapa karya Kierkgaard yang terkenal adalah antara lain: Om Begrebet Ironi (The Concept of irony), yaitu sebuah disertasi tentang konsep ironi, Either Or yang menyatakan sikap hidupnya (atau... atau...), The Concept of Dread, Philosophical Fragemnts, Stages on Life’s Way, dan Concluding Unscientific Postscript, Attack upon Christendom.
[2] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 1980, hal. 124.
[3] P.A. Van der Weij, Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia, Jakarta: Gramedia, 1988, hal. 141.
[4] F. Budi Hardiman, Op. Cit., hal. 248.
[5] Ibid.,
[6] P.A. Van der Weij, Op. Cit., hal., 139.
[7] Harun Hadiwijono, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1975, hal. 83.
[8] Save M. Dagun, Filsafat Eksistensialisme, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hal. 50.
[9] Ibid.,
[10] F. Budi Hardiman, Op. Cit., hal. 250.
[11] Harun Hadiwijono, Ibid.,
[12] F. Budi Hardiman, Op. Cit., hal. 181.
[13] Agustinus Ryadi, Filsafat Barat Modern (Diktat Kuliah), Malang: STFT Widya Sasana Malang, 2007, hal. 110
[14] Harun Hadiwijono, Op. Cit., hal. 125.
[15] F. Budi Hardiman, Op. Cit., hal. 253.
[16] Save M. Dagun, Op. Cit., hal. 52.
[17] P.A. Op. Cit., hal. 142.
[18] William Barret, Irrational Man: A Study in Exsistential Philosophy, Heinemmann: Melbourne Toronto, 1961.
[19] Harun Hadiwijono, Op. Cit., hal. 126-127.
[20] A. Gunawan Setiaardja, Dialektika Hukum dan Moral Dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1990, hal. 59.
[21] Vincent Martin, O.P. Filsafat Eksistensialisme (Kierkegaard, Sartre, Camus), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hal. 25.

Rabu, 13 Januari 2016

13 Pendekar Kungfu Paling Legendaris dalam Sejarah Kungfu


Kungfu mempunyai sejarah dan tradisi ilmu bela diri yang sangat panjang, ketat, teruji dan efektif sejak 5000 tahun yang lalu bersamaan dengan munculnya aliran kepercayaan Dao (Taoisme) yang kelak akan berkembang menjadi agama khusus.

Pada tahun 2500-an, mulai bermunculan berbagai aliran Kungfu yang melegenda hingga kini, dimulai dari Kuil Shaolin (Siaw Liem Sie), Wudang (Butong), Omei (Emei-Gobi), Kun Lun, Huasan, Thian San, Khongtong dan lain-lain. Secara umum, terdapat 100 lebih aliran Kungfu dan ribuan jurus serta berbagai jenis ilmu yang unik dan aneh, mulai dari yang paling keras dan ganas (external arts) hingga ilmu yang paling lembut dan ringan seperti kapas (internal arts).

Para Pendekar Kungfu masa lalu yang terkenal memberikan kontribusinya dalam Dunia Kungfu antara lain :

1. Bodhidharma (Da Mo/Tat Mo atau Daruma dalam bahasa Jepang).

Beliau adalah Pendeta spiritual Zen Budha dari India yang bertapa 9 tahun di Kuil Shaolin dan Pencipta berbagai jenis ilmu legendaris seperti : Ilmu Perubahan Urat & Otot (Yi Jin Jing/I Chin Ching), 9 Matahari (Kiu Yang Cin Keng), 5 Jurus Hewan, Jari Zen, dll. Namun sayangnya, beberapa diantara ilmu tersebut sudah lenyap. Konon pada saat menyebrang lautan hingga ke Tiongkok, Beliau hanya berdiri diatas sebatang dahan kecil dan gua tempat pertapaan Bodhidharma meninggalkan bayangan lekuk tubuhnya pada saat bermeditasi di tembok gua hingga kini. Selama bermeditasi 9 tahun di gua tersebut, Bodhidharma mampu mendengar pembicaraan berbagai jenis mahluk hidup seperti semut misalnya.

2. Thio Sam Hong
Di masa mudanya, Thio Sam Hong adalah murid yang sangat berbakat di Kuil Shaolin. Karena diberlakukan semena-mena oleh para senior, Beliau keluar dari Kuil Shaolin dan belajar mengembangkan Kungfu sendiri dengan memperhatikan berbagai fenomena alam seperti terpaan angin keras terhadap pohon bambu, pertarungan bangau dan ular, kokohnya pertahanan belalang sembah dari terpaan angin dan lain-lain. Setelah mengerti & memahami Intisari Alam Semesta, Thio Sam Hong muda menyepi di gunung Hua San untuk menyempurnakan ilmu-ilmunya.

Pada saat Beliau turun gunung, Beliau menjelajahi seluruh Tiongkok dan mengadu ilmunya dengan para Ahli Bela Diri dan/atau Pendekar semua aliran. Berdasarkan literatur kuno, tercatat 2 pertarungan yang sangat terkenal, yakni pertama adalah pertarungan antara Thio Sam Hong dengan Pegulat Nomor 1 (Satu) Mongol yang sangat besar, kuat dan agresif. Belakangan diketahui pula bahwa Pegulat tersebut juga sangat ahli dalam berbagai aliran Kungfu Tiongkok. Pegulat Mongol tersebut konon mengalahkan banyak petarung Kuil Shaolin dan sejumlah Pendekar aliran keras lainnya. Pertarungan antara Thio Sam Hong dengan Pegulat Mongol tersebut dimenangkan oleh Thio Sam Hong dengan ilmu barunya, Tai Chi! Pertarungan kedua adalah seorang diri Thio Sam Hong mengalahkan lebih dari 100 orang gangster di sarang penyamun hanya dengan tangan kosong! Semenjak itu, Thio Sam Hong diakui oleh seluruh kalangan persilatan menjadi Pendekar Tanpa Tanding pada saat itu.

Setelah merasa cukup dalam perantauanya, Beliau naik ke gunung Wudang (Butong) dan mendirikan Perguruan Wudang dengan basis utama pengajaran : Taoisme. Thio Sam Hong sendiri diyakini merupakan Pencipta Ilmu Tai Chi pertama dan sangat Ahli dalam Ilmu Tao Yin (Nei Kung). Konon Thio Sam Hong hidup di 3 (tiga) jaman (Immortal Taoist)dinasti,yakni Dinasti Sung, Dinasti Yuan (Monggol) dan Dinasti Ming (Han).

3. Yue Fei


Beliau adalah Jenderal Patriot yang terkenal dari Dinasti Sung (960-1279) dan hingga akhir hayatnya tetap setia membela negara walaupun difitnah dan dihukum mati oleh penguasa lalim. Jenderal Yue Fei adalah pencipta Kungfu Internal dan eksternal, yakni : Hsing - I (Xing Yi) dan Eng Jiaw (Cakar Elang). Selain ahli dalam pertarungan tangan kosong, Jenderal Yue Fei juga ahli dalam 18 senjata Shaolin khususnya tombak tunggal.

Konon ilmu tombaknya setara dengan ilmu tombak Keluarga Yang (Ilmu tombak Keluarga Yang merupakan ilmu silat keluarga turun temurun yang sangat khas dan tinggi serta hanya sedikit Ahli/Pendekar yang mampu menandingi ilmu mereka pada jamannya. Berdasarkan catatan kuno, diketahui bahwa ilmu tombak tingkat tinggi Keluarga Yang mempunyai sejumlah keistimewaan, yakni : Ilmu Tombak Melekat/Berpilin dan Ilmu Tombak (Toya) Naga Perkasa yang mampu melumpuhkan/membunuh lawan tanpa menyentuh fisik.

Catatan : Keluarga Yang merupakan patriot sejati Dinasti Sung yang tetap setia hingga akhir kejatuhan Dinasti Sung oleh Monggol). Kungfu Hsing I sendiri sempat lenyap dari dunia persilatan pasca meninggalnya Jenderal Yue Fei hingga sampai ditemukan kembali Kitab Kungfu Hsing I peninggalan Jenderal Yue Fei menjelang akhir Dinasti Ming oleh Ji Long Feng (Ji Jike). Kemudian Ji Long Feng menurunkan Kungfu Hsing I ke Keluarga Ma, Cao Ji Wu dan lain-lain hingga akhirnya muncul Kuo Yun Shen dan Sun Lutang sebagai ahli-ahli Kungfu Hsing I yang luar biasa.


4. Lima Leluhur Shaolin

Pasca pembakaran Kuil Shaolin dalam pertempuran kedua antara para Pendeta Kuil Shaolin dengan 50.000 Tentara Qing bersenjata lengkap dan modern yang dibantu para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei (White Eyebrow). Kelima leluhur tersebut adalah : a) Choi Tak-Chung (蔡德忠) b) Fong Tai-Hung (方大洪) c) Ma Chiu-Hing (馬超興) d) Wu Tak-Tai (胡德帝) e) Lee Sik-Hoi (李式開) Berdasarkan literatur lama, disebutkan bahwa Kuil Shaolin hancur total dan terbakar selama 40 hari 40 malam dalam serangan tersebut.

Seluruh catatan kuno ribuan tahun termasuk sejumlah ilmu Kungfu legendaris dan senjata pusaka hilang atau habis terbakar. Dari ribuan Biksu dan non Biksu Shaolin, hanya 5 orang yang lolos dari serangan tersebut dan kemudian mereka menyebar keseluruh Tiongkok sembari menyebarkan Shaolin Kungfu serta perlawanan anti Dinasti Qing. Kehancuran Kuil Shaolin diakibatkan oleh adanya pengkhianatan oknum Shaolin yang ternyata adalah antek-antek Dinasti Qing yang menyusup dan menabur racun diberbagai titik sumber air dan makanan para Bhiksu.

Pada saat serangan kedua tersebut, kondisi fisik yang keracunan telah menyebabkan hilangnya kemampuan bertarung para Bhiksu dan Non Bhiksu Shaolin. Dalam pertarungan pertama, para Petarung Kuil Shaolin berhasil mengusir puluhan ribuan tentara Dinasti Qing yang bersenjata lengkap. Kegagalan dalam serangan pertama tersebut, membuat Kaisar Qing di puncak kemarahan. Sang Kaisar mengumpulkan tentara-tentara terbaik dari setiap legiun dan merekrut seluruh ahli bela diri Kungfu (termasuk para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei) yang loyal kepada Dinasti Qing untuk bersama-sama menyerbu Kuil Shaolin serta menpersiapkan strategi penyusupan/perusakan dari dalam Kuil Shaolin.

Dikemudian hari, 5 Leluhur Shaolin ini identik pula dengan 5 Tokoh Utama yang terkenal, yakni : a) Hung Hei-Koon 洪熙官 Hóng Xīguān/Hung Hei Gun, Pencipta Kungfu Hung Gar Hung Hei Koon adalah murid utama dari Bhiksu Gee Sin Sim See. Beliau terkenal sebagai Ahli Gung Gee Fok Fu Kuen (Siu Lum Fook Fu Kuen)dan Cakar Harimau Sejati. Jurus cakar harimaunya terkenal sangat ganas dan bertenaga. Kebanyakan korban keganasan jurus Hung Hei Koon adalah para tentara Qing dan antek-antek Manchu. b) Lau Sam-Ngan 劉三眼 Liú Sānyǎn/Lau Sam Ngan. Pencipta Kungfu Lau Gar Beliau dikenal dengan julukan "Lau si 3 Mata" c) Choi Kau-Yee 蔡九儀 Cài Jiǔyí/Choy Gau Yi, Pencipta Kungfu Choi Gar d) Lee Yau-San 李友山 Lǐ Yǒushān/Li Yau San, Pencipta Kungfu Lei Gar. Beliau adalah Guru dari Chan Heung, Pencipta Kungfu Choi Lei Fut e) Mok Ching-Kiu 莫清矯 Mò Qīngjiǎo/Mok Ching Giu, Pencipta Kungfu Mok Gar

5. Wong Fei Hung

Beliau adalah Ahli Kungfu, Pendiri Rumah Obat Pho Chi Lam dan sekaligus Shinshe Akunpuntur yang sangat terkenal dengan berbagai jenis ilmu Kungfu seperti : Ilmu Pasangan Harimau dan Bangau, Tendangan Tanpa Bayangan, Toan Ta, Toya 8 Diagram dan lain-lain. Murid-murid Beliau yang sangat terkenal antara lain : Lam Sai Wing, Leung Fong, Tang Fung dan Lin Wan Gai. Wong Fei Hung merupakan anak dari Wong Kei Ying, salah satu Pesilat terkenal dari "10 Harimau Kanton".


Pada masa hidupnya, Wong Fei Hung terkenal dengan berbagai pertarungan baik dengan para pesilat lokal maupun petarung asing demi mempertahankan "China's Pride" yang pada saat itu jatuh hingga ke titik terendah. 2 (Dua) pertarungan yang sangat terkenal adalah pada saat Wong menjatuhkan lebih dari 50 orang pesilat gangster/bajak laut di pelabuhan hanya dengan sebatang toya dan pertarungan kedua adalah pada saat Beliau bersama dengan Liu Yong Fu berperang langsung dengan tentara Jepang di Taiwan.

Beliau sendiri merupakan murid langsung dari Pengemis Sakti So (Beggar So), Lam Fuk Sing dan ayahnya sendiri yang notabene adalah anak dari Wong Tai, murid langsung Luk Ah Choi, Ahli Kungfu Hung Gar dan sekaligus murid langsung dari Biksu Shaolin terkenal : Gee Sin Sim See, Li Bak Fu & Hung Hei Koon.

6. Hua Yan Jia (Fok Yuen Gap)

Beliau adalah Pendiri Chin Woo Athletic Association yang hingga kini telah tersebar lebih dari 50 cabang di USA, Kanada, Argentina, Peru, Makau, Hongkong, China, Jepang, Wales, Selandia Baru, Srilanka, Vietnam, Australia, Singapura, Thailand, Malaysia dan lain-lain. Beliau merupakan Pendekar Kungfu yang terkenal sangat nasionalis dan juga lahir dari keluarga pesilat aliran Huo. Pada masa hidupnya, baik Beliau maupun muridnya Liu Zhensheng terkenal sebagai Pendekar Kungfu yang banyak mengalahkan berbagai praktisi aliran beladiri dari berbagai negara seperti pegulat, petinju, Pejudo dan Karateka dari Rusia, Inggris dan Jepang. Huo Yan Jia meninggal pada umur 42 pada tahun 1910 dan berdasarkan hasil otopsi Tianjin Municipality Police Laboratory, ditemukan racun arsenik dalam tubuh Huo. Para petinggi Chin Woo dan Dokter pemeriksa menduga bahwa racun tersebut terkait dengan hasil pertarungan terakhir dengan Japanesse Judo Association ("JJA") yang berakibat banyaknya anggota JJA yang menderita kekalahan atau luka fatal di matras pertarungan
.
7. Keluarga Chen, Chen Fa Ke

salah satu penerus Tai Chi aliran Chen yang sangat terkenal pada masa hidupnya karena tidak ada satupun lawan yang dapat mengalahkannya. Banyak Ahli Bela Diri baik aliran keras maupun lembut serta berbagai aliran Bela Diri lain yang mengakui bahwa Chen Fa Ke adalah Pesilat Tak Terkalahkan pada jamannya.

8. Keluarga Yang, Yang Lu Chan (Yang Fu Kui).

Beliau adalah Pendiri Tai Chi aliran Yang. Pada masa hidupnya, Beliau juga terkenal sebagai Pendekar dengan julukan "Yang Wu Di = Yang Tak Terkalahkan". Keturunan Beliau dan penerusnya yang sangat terkenal antara lain : Yang Chien Hou, Yang Shao Hao, Yang Cheng Fu & Chen Man Ching. Ilmu Tai Chi Yang Lu Chan sendiri terkenal dengan sejumlah julukan, yakni Mien Quan (Cotton Fist)dan Hua Quan (Neutralising Fist).


9. Kuo Yun Shen (Guo Yun Shen/Yu Sheng)


terkenal dengan ilmu silatnya dan Nei Kung yang sangat tinggi. Beliau adalah ahli Kungfu Hsing - I (Xing Yi). Kuo Yun Shen dijuluki "Ban Bu Peng Kuo" karena terkenal dengan penguasaan ilmu Peng Quan ("Crushing Fist") yang sempurna, salah satu ilmu dari 5 Elemen Hsing I). Konon Ilmu Tapak Kapasnya mampu merontokkan tubuh lawan cukup hanya dengan menyentuhnya. Kuo Yun Shen pernah menepuk 10 batubata dengan lembut dan semuanya hancur terburai. Beliau sendiri adalah murid terbaik dari Master Li Luoneng dan tidak pernah terkalahkan oleh siapapun pada jamannya. Hanya satu orang yang dapat mengimbangi Master Kuo Yun Shen, yakni Tung Hai Chuan dalam pertarungan sengit selama 3 hari 3 malam yang berakhir seri dan akhirnya mereka menjadi sahabat baik yang saling bertukar ilmu Kungfu.

10. Sun Lutang (Sun Fu Quan)

Beliau adalah Pencipta Tai Chi aliran Sun dan terkenal sebagai Ahli Hsing I dan Bagua. Beliau merupakan murid dari berbagai Ahli Kungfu seperti Bhiksu Wu, Kuo Yun Shen, Li Kui Yuan, Cheng Ting Hua (Ahli Baguazhang), Hao Wei Chen (Ahli Wu Yu Xiang Tai Chi) dan lain-lain. Julukan Beliau adalah : "Pendekar Kepala Harimau" dan "Lebih Pintar daripada Monyet Aktif".

11. Tung Hai Chuan (Dong Haichuan)12)

adalah pencipta ilmu Baguazhang (Zhuanzhang)dan terkenal tidak terkalahkan pada jamannya. Salah satu pertarungan terkenalnya adalah pertarungan 3 hari 3 malam dengan Master Kuo Yun Shen yang berakhir seri. Selain ahli Baguazhang, Beliau juga ahli dalam ilmu Bafanshan, Hongquan, Xingmengquan, Jinggangquan, Erlangquan dan Lohanquan.

12. Yip Man (Ip Man)


Yip Man (Ip Man) merupakan salah satu ahli Kungfu Wing Chun ternama dan terkenal sebagai Pesilat yang tak terkalahkan namun sangat "low profile". Beliau merupakan murid langsung dari Chan Wah Sun, Ng Chung Sok & Leung Bik (anak dari Leung Jan). Selama di Foshan, Tiongkok, Beliau mempunyai beberapa murid yang terkenal antara lain : Lok Yiu, Chow Kwong Yue,Kwok Fu, Lun Kai,Chan Chi Sun dan Lui Ying. Pada saat di Hongkong, sejumlah murid Beliau yang terkenal adalah Leung Sheung, Lok Yiu, Chu Song Tin, Wong Shun Leung, Lo Man Kam dan Li Siau Lung (Bruce Lee).

13. Bruce Lee (Lee Jun Fan/Lee Siau Lung).

Praktisi Wing Chun dan Pendiri Jeet Kune Do (Intercepting Fist). Beliau adalah aktor sekaligus seniman bela diri yang berangkat dari hobi perkelahian jalanan bahkan dengan anggota2 geng mafia. Pada masa hidupnya, Beliau terkenal dengan sejumlah pertarungan nyata dengan berbagai praktisi bela diri baik pada masa syuting film maupun hari-hari yang telah ditentukan. Berikut adalah daftar sejumlah pertarungan Bruce Lee yang tercatat : a) Pada tahun 1958, Bruce Lee mengalahkan Juara Boxer Inggris 3x, Gary Elms di ronde ketiga dengan KO dalam kejuaran Hongkong Inter School Amateur Boxing Championship b) Sebelum berhadapan dengan Gary Elms, Bruce Lee mengalahkan Shen Yuen, Lieh Lo dan Yang Huang semuanya di ronde pertama dengan KO c) Bruce Lee mengalahkan Pu Chung, Ahli Kungfu Choy Li Fut dengan KO di ronde pertama dalam pertarungan Full Contact Body.







Sponsor pertarungan tersebut adalah Wong Sheung Leung d) Selama tahun 1959-1960, Bruce Lee terlibat banyak pertarungan di jalanan dan rata-rata korbannya KO atau cacat, sehingga pihak Kepolisian menjadi sibuk akibat hobi Beliau e) Pada tahun 1962, Bruce Lee mengalahkan Uechi juara Karate Sabuk Hitam dengan KO 11 detik di Seattle. Taki Kimura justru menghitung KO tersebut dalam waktu 10 detik! f) Pada saat syting film The Big Boss di Thailand, Bruce menjawab tantangan dari para Muai Thay dengan meng-KO wakil mereka hanya dalam hitungan detik g) Pada saat syuting film Enter The Dragon, Bruce juga menjawab tantangan seorang Karateka Ban Hitam dengan meng-KOnya dalam hitungan detik h) Dalam beberapa kesempatan, Bruce menjawab tantangan dari berbagai ahli bela diri baik dengan menggunakan tangan kosong maupun senjata, namun semua lawannya rata-rata mengalami nasib KO atau tidak dapat melanjutkan pertarungan. Pada umumnya pertarungan tersebut disaksikan banyak orang atau ahli-ahli bela diri lainnya i) Pertarungan yang terlama dan cukup menguras energi Bruce Lee adalah pada saat Beliau berhadapan dengan Wong Jack Man, ahli Xing Yi, Kungfu Shaolin Selatan dan Tai Chi. Konon Wong Jack Man adalah petarung Kungfu dari Chin Woo School.

Pertarungan selesai dalam waktu 20-25 menit dengan kemenangan Bruce Lee. Di lain kesempatan, Wong Jack Man mengajukan tantangan kembali namun Bruce Lee tidak pernah menanggapi. Belajar dari pertarungan tersebut, Bruce mengintegrasikan seluruh kemampuan dan ilmu bela dirinya dan akhirnya menciptakan aliran bela diri baru, yakni : Jeet Kune Do.

source:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5123217