Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 24 April 2014

Pola Komunikasi Dalam Keluarga







Keluarga adalah sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu yang berinteraksi dan saling bersosialisasi dan mengatur. Keluarga merupakan tempat dimana sebagian besar dari kita mempelajari komunikasi, bahkan bisa dikatakan tempat dimana sebagian besar dari kita belajar bagaimana kita berpikir mengenai komunikasi. Definisi ini menekankan hubungan-hubungan interpersonal yang saling terkait antara para anggota keluarga, walau hanya berdasarkan pada ikatan darah atau kontrak-kontrak yang sah sebagai dasar bagi sebuah keluarga (Brommel, 1986).
Komunikasi Orang tua dan Anak
Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam Prasetyo, 2000), salah satunya adalah komunikasi orangtua dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Hubungan interpersonal antara orangtua dan anak muncul melalui transformasi nilai-nilai. Transformasi nilai dilakukan dalam bentuk sosialisasi. Pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak orangtua adalah membentuk kepribadian anak-anaknya dengan menanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua. Hal yang dilakukan orangtua pada anak di masa awal pertumbuhannya sangat mempengaruhi berbagai aspek psikologis anak-anak.
Keluarga merupakan wadah dalam hubungan interpersonal antara orangtua dan anak yang membawa suatu proses aktivitas transformasi nilai yang  terkait dengan perkembangan anak. Hubungan interpersonal muncul dalam bentuk komunikasi keluarga antara orangtua dan anak. Hubungan interpersonal dalam keluarga dikembangkan dalam tahapan hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan komunikasi keluarga.
Pola Komunikasi Orangtua dan Anak
Mc Leod dan Chaffee memfokuskan studi mereka pada bagaimana lingkungan komunikasi anak-anak itu lebih ditekankan pada pandangan mereka tentang realitas sosial. Kedudukan itu telah disesuaikan bahwa anak-anak belajar suatu gaya komunikasi melalui pengulangan dari interaksi mereka dengan teman sebaya, guru, dan orangtua mereka. Gaya komunikasi itu anak-anak pertahankan kemudian membentuk suatu struktur pengalaman interaksi interpersonal. Struktur dari pengalaman interaksi interpersonal anak tersebut membantu mendefinisikan kepribadian mereka, bagaimana mereka akan mempersepsi, bereaksi, dan mengahadapi situasi kehidupan.
Konsep dari pola komunikasi keluarga M.Leod ini dipengaruhi kuat oleh penelitian bidang sosiologi sebelumnya yang telah mengkonseptualisasikan secara luas hubungan keluarga dalam bentuk dimensi kekuatan ‘power’ (demokrasi dan otoriter). Mc Leod dan Chaffee berargumen bahwa pelaksanaan ‘power’ termanifestasi dalam lingkungan komunikasi keluarga itu sendiri. Pengukuran yang dirancang untuk menekankan antisipasi perbedaan dalam keluarga dengan menekankan pada (1) keharmonisan keluarga, (2) keputusan  hirarki vs egaliter , (3) pluralis, (4) fokus pada antisipasi konsekuensi sosial.
Komunikasi keluarga yang dikemukakan oleh McLeod dan Chaffee dalam Turner dan West (2006), mengemukakan komunikasi yang berorientasi sosial dan komunikasi yang berorientasi konsep. Komunikasi yang berorientasi sosial adalah komunikasi yang relatif menekankan hubungan keharmonisan dan hubungan sosial yang menyenangkan dalam keluarga. Dalam pola ini secara langsung atau tidak anak diajari menghindari perselisihan dan menekan perasaannya agar bisa menghindari perdebatan dengan orang yang lebih dewasa atau menghindari penyerangan perasaan orang lain. Dimensi sosial ini mencerninkan absolut atau unquestioned parental/ otoritas orang dewasa.
Komunikasi yang berorientasi konsep adalah komunikasi yang mendorong anak-anak untuk mengembangkan pandangan dan mempertimbangkan masalah. Komunikasi yang berorientasi konsep lebih memperhatikan aspek fungsi dan mendorong anak menimbang semua alternatif sebelum mengambilan keputusan serta membiarkan anak berada dalam kontroversi dengan mendiskusikan permasalahan secara terbuka. Dimensi konsep ini mencerninkan diskusi terbuka dari permasalahan-permasalahan dan mempertanyakan pendapat orang lain.
Dalam komposisi tinggi rendahnya kedua orientasi tersebut, baik sosial maupun konsep, maka melahirkan empat tipe pola komunikasi keluarga sebagai berikut;
  1. Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire, ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam bentuk interaksi dengan orangtua. Anak maupun orangtua kurang atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah.
  2. Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri.
  3. Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik merupakan bentuk komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung.
  4. Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, ditandai dengan adanya musyawarah mufakat. Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga.
Dari uraian tersebut diatas yang dimaksud pola komunikasi dalam penelitian ini adalah pola komunikasi yang sering dipakai terhadap penerapan fungsi sosialisasi keluarga dalam memperhatikan tumbuh kembang anak, yang meliputi, pola laissez faire, pola protektif, pola pluralistik dan pola konsensual.

Oleh anna-w--fpsi09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar