Terus terang,suasana seperti itu membuat ‘kepenatan psikologis’ terlepas dengan cara yang baik.Itulah sebabnya banyak orang sering nyari tempat nongkrong untuk melepas kepenatan2 tersebut.Cafe, biasanya jadi tempat alternative untuk melepas kepenatan itu.Namun repotnya -Café- terutama di kota-kota besar, punya konotasi genit,nakal,dekat dengan drugs and alcohol,sehingga sering bukan menjadi tempat yang nyaman untuk melepas kepenatan2 itu….Ada nggak ya,café yang nggak genit,nggak nakal,bebas drugs and alcohol??,…ternyata ada!!…..Lokasinya ndlesep ditengah kampoeng Lempongsari,sebelah timur perempatan Monjali.Yogyakarta.Jalan masuknya sempit berliku tapi nampak ditata rapi.Ruangannya di-dominasi kaca dengan gordyn putih,yang menggelayut di pintu,jendela sampai ke atap, memberi kesan luas dan akrab.Ada tiga meja bilyard diruang samping, diteras ada beberapa meja2 kecil yang sengaja ditata ber-kelompok2,…diseberangnya ada layar lebar untuk nonton film atau siaran TV.Diruang utama ada tempat lesehan dan meja kecil menghadap ke stage yang nggak begitu besar,…ooo ada yang sedang main gitar akustik disitu.Diatas meja kecil tadi ada macam2 buku bacaan,di terangi lampu baca yang bisa disetel terang,gelapnya.O ya, buku2nya asyiiik bangeth.Dari bacaan tentang cara mengasuh anak seperti Early Learning n Schooling oleh Andriani,Arsitektur Ekologis karangan Heinz Frick,aneka macam2 komik,eksistensialime-nya Donald Palmer,dan buku2 anthropologi-nya Niels Mulder,…dan masih buanyak lagi macam dan ragamnya.
Jadinya masuk kesitu seperti masuk rumah sendiri,ayem,tentrem,jauh dari kebisingan kota,..mereka menamakan dirinya “RUANG CAFE” - cafenya arsitek dan keluarga.Disudut ruang ada banner kecil dengan tulisan “no space for drugs,bangga tanpa alkohol”…Ternyata tiap hari Cafe ini selalu menawarkan program yang variatif,hari Kamis ada musikblues,Sabtu jazz,Minggu keroncong,..lha klo pengin nyepi datanglah hari Senin,no music,sepii,…Saya dan anak2 sengaja datang Selasa malam karena hari itu adalah hari baca puisi.Tamu dipersilahkan baca puisi di stage diiringi dengan dentingan acustic guitar,bisa baca puisi sendiri atau karangan orang lain.Malam itu bahkan ada yang membawakangeguritan - puisi dalam bahasa Jawa,…Atas desakan anak2 akhirnya aku naik ke stage untuk ikut2an baca puisi.Ada dua puisi yang kuambil dari catatan lama sekitar tahun ‘76-’77….Anak2 cekikikan,bertepuk tangan,cengingas cengingis, ngeliat bapaknya ini turunstage sehabis baca dua puisi lawas….Terus terang, aku seneng bangeth lihat mereka bisa lepas ketawa-ketiwi,sambil sesekali ngeledek bapaknya ini,..he,he,…
Kami keluar dari Ruang Cafe sekitar jam 23.00wib,diluar gerimis,sedikit dingin.Tapi hati ini hangat bergandeng dengan anak2 menuju tempat parkiran.Pulang kerumah sambil menjinjing senyum n semangat, karena kepenatan2 psikologis baru saja dilepas….
Cafe Sebagai Ruang Kreatif
Se
bagai tempat inspirasi untuk bisa berkreasi. Kafe bisa dijadikan tempat untuk mengeluarkan ide-ide dalam membuat sebuah karya lagu maupun musik, dan kafe juga kebanyakan telah memiliki sarana dan prasaran yang cukup memadai untuk bisa dipergunakan oleh para generasi muda khususnya anak band yang ingin menampilkan karyanya.
Hal ini juga disampaikan Gono. “Kafe bukanlah tempat hanya sekedar untuk ngmpul-ngmpul atau makan-makan dengan kawan-kawan, tetapi kafe kami jadikan sebagai tempat inspirasi kami, di saat kami ingin membuat sebuah karya,” kata Gono.
Dengan perkembangan saat ini, kafe-kafe bukanlah tempat yang tersembunyi bagi masyarakat, karena pada zaman dulu, kafe selalu identik dengan hal-hal yang negatif. Tapi saat ini kafe dan warung biasa tidak jauh berbeda.
“Hanya membedakan adalah dari segi sarana-prasarana yang ada di dalamnya. Keberadaan kafe bukan saja hanya ada di kota-kota besar. Kafe untuk saat ini telah berada di setiap daerah dan di daerah pedesaan,” katanya.
Jimmy, salah satu teman Gono, mengatakan, dengan perkembangan zaman modernisasi, kafe-kafe pun mulai berkembang di kalangan masyarakat, dan dulu orangtua-orangtua kita, kafe itu adalah tempat yang tidak baik.
“Mereka selalu memandang kafe itu negatif, tapi untuk saat ini, di kalangan orangtua pun banyak nongkrong di kafe,” kata Jimmy.
Saat ditanya, biasanya para generasi muda yang nongkrong di kafe identik dengan anak-anak yang memiliki sifat yang hedonis, Gono mengatakan bahwa, apabila ada orang yang beranggapan demikian, maka itu anggapan yang salah.
“Karena kenyataannya berbeda, karena kami yang sering nongkrong di kafe, juga sering tidak memiliki uang yang banyak untuk bisa nongkrong di kafe. Karena kami tidak menjadikan kafe itu sebagai tempat untuk foya-foya, tapi kami jadikan kafe itu sebagai sarana untuk menambah pergaulan,” katanya.
Kafe meluangkan ide-ide kami untuk membuat sebuah karya, begitu juga dengan teman-teman yang lain, komunitas-komunitas yang lain seperti komunitas yang identik dengan otomotif, malah kita berbagi ilmu, antara komunitas yang satu ke komunitas yang lain.
Untuk berkumpunya mereka tidak selalu setiap hari, dan biasanya mereka berkumpul pada waktu-waktu yang tidak mengganggu jam kuliah, bagi yang kuliah, dan tidak mengganggu kerjaan, bagi yang kerja, sehingga aktivitas yang dimiliki oleh para personel komunitas tidak terganggu.
Jimmy menambahkan, pihaknya nongkrong di kafe tidak selalu setiap hari. “Kami juga memiliki aktivitas masing-masing. Ada yang kuliah dan ada yang sudah bekerja dan telah memiliki keluarga, sehingga kami mencari waktu yang tepat untuk bisa berkumpul dengan tidak menganggu jam aktivitas para anggota,” Jimmy.
Bagaimana dari perkembangan segi pendidikan, apakah ada dampak yang negatif bagi teman-teman yang masih duduk di lembaga pendidikan khususnya bagi teman-teman yang masih duduk di bangku perkuliahan?
Gono menegaskan, dampak yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas komunitas pasti ada. Namun itu tidak mejadikan kendala dalam berkarya. Karena hal yang seperti itu bersifat kepada individual, tergantung orangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar