Kata disiplin berasal dari kata: disciple (Inggris: sebelas) dan matetes (Yunani: membuat sesuatu menyerupai diri sendiri). Coba tebak, setelah diusut tuntas, kata sebelas ini menunjuk ke sebuah proses yang tidak asing lagi bagi orang-orang Kristen di dunia ini. Benar, proses pemuridan Kristus kepada kesebelas muridnya. Wow…saya pribadi shock setelah mengetahui fakta ini dan tertarik untuk menulis unek-unek/ testimonial/ komentar tentang kata yang unik ini.
Bayangkan, seperti dosen PPKn-ku bilang, apa yang dialami oleh para murid Yesus benar-benar menjadi akar kata yang identik dengan ketaatan dan keteguhan hati ini. Mereka mau memberi waktu, tenaga, pikiran, dana, bahkan hidup mereka untuk mengikut Kristus dan karena keteguhan, komitmen, dan kesungguhan merekalah Kekristenan sampai ke ujung bumi seperti sekarang ini.
Bagaimana mungkin seorang dosen ITB (yang sangat mungkin bukanlah seorang Kristen) menggali dan mengetahui dengan jelas makna kata ini dari akarnya. Yang lebih bombastisnya lagi adalah, dia mengatakan hal ini dengan tegas dan penuh kesungguhan ketika dia sedang mengajar mahasiswa-mahasiswa yang nota-benenya sangat jelas pluralis sehingga saya yang di awal kuliah sempat ngantuk (bahkan nyaris tertidur) shock dan terbangun ketika mendengarnya mengatakan pendapatnya ini. Fiuhh…, saya pribadi dan beberapa teman yang Kristen pun merasa bangga sekaligus kurang nyaman dengan keadaan tersebut.
Sangat menarik. Aku hanya mau tau pendapat teman-teman. Sudahkah teman-teman menyadari betapa luar biasanya “pembentukan” yang Kristus kerjakan di dalam hidup para muridNya selama 3,5 tahun itu??? Sebegitu luar biasanya sehingga seluruh dunia sepakat untuk menjadikan “proses” ini sebagai sebuah kata yang melambangkan penggodokan, pengikisan karakter yang lemah, penajaman visi yang tak jelas, penjelasan motivasi yang salah, dan bahkan pembagian hidup yang sangat sempurna dari seorang yang luar biasa dan tak bercelah sehingga terbentuklah sebelas pribadi yang tangguh, visioner, luar biasa, dan bahkan berani mati sampai menyebar ke ujung dunia untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid dari Gurunya (Kristus).
Itulah pemuridan, proses yang membutuhkan disiplin dan komitmen yang tidak setengah-setengah! Proses pembentukan yang membagikan “hampir” segalanya (jika tidak mau segala-galanya) dari “sang guru” kepada “sang murid, untuk kemudian dengan spirit yang sama dapat menciptakan pribadi-pribadi yang kuat, dan memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi murid Kristus generasi yang ke sekian ribu, wow…I’m speechless…
Apa yang terjadi jika sebelum Kristus memilih kesebelas (kedua belas minus satu) orang ini, Kristus tidak berdoa dengan sungguh-sungguh???? Apa yang terjadi jika Dia ogah-ogahan membagikan hidup, prinsip, bahkan firman Tuhan – karena sibuk melayani orang sakit, memberi makan 5000 orang kelaparan, atau bahkan “bermujizat-ria” – selama 3,5 tahun hidupNya bersama para murid ini? Yakinlah, mungkin tidak akan ada RBK Maleer, PBK Maleer bahkan gereja Maleer sendiri, atau gereja-gereja lain seperti yang kita kenal di dunia ini. Petrus mau disalibkan terbalik hanya karena dia tahu kalau dia bersaksi untuk Pribadi Yang Benar, yang secara intim sudah membentuknya selama 3,5 tahun. Paulus mau dipenggal hanya karena tahu kalau Kristus – yang disaksikanNya sampai ke sebagian Eropa dan Asia – adalah Pribadi Yang Benar melalui teladan hidup Barnabas, yang membinanya dengan sungguh-sunnguh dan dengan intim juga mengenalkan Kristus melaui teladan hidupnya. Begitu juga dengan Timotius, Jenderal Titus, Onesimus, dan murid-murid luar biasa lainnya yang selama 2000 tahun telah mengubah wajah dan cerita dunia menjadi cerita tentangNya (History = His-story), Dia Yang Benar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar